Banner Berita
Aset Penerbit
Si Kecil yang Naik Kelas
06 Apr 2020Si Kecil yang Naik Kelas
Wangi semerbak ribuan kuntum mawar tercium dari kebun bunga Mawar milik Agus yang terletak di Desa Sukajaya, Lembang, Bandung. Di pagi yang dingin itu, para petani siap memotong kuntum-kuntum mawar yang sudah mekar untuk dikumpulkan di toko bunga Nazla Flora di Lembang, Bandung. Dalam sekali panen setiap bulan, kurang lebih 6.000 kodi kuntum bunga siap untuk dipacking ditoko.
Agus Kiki (39) pria asal Lembang, Bandung ini sudah 13 tahun menggeluti usaha bunga mawar potong. Mengawali usahanya sebagai petani bunga, Agus belajar dengan tekun saat masih menjadi petani untuk mengenal cara bercocok tanam bunga dan bagaimana menjadikan bunga sebagai usaha yang maju.
Melihat peluang usaha dibidang bunga potong ini cukup besar, pada tahun 2007, ia bertekad untuk membuka usahanya sendiri dengan modal awal hasil tabungan dan sedikit pinjaman sebesar Rp. 5 juta.
Belasan tahun mengalami pasang surut usaha, tak hanya Bandung, Agus kini menjadi supplier bunga terpercaya yang konsumennya berasal dari berbagai kota seperti Jakarta, Cirebon dan Bali.
Bunga-bunga Agus banyak dijadikan Hand Bouquet, Bunga papan juga dekorasi pernikahan. “Alhamdulilah berbekal ilmu saat saya masih menjadi petani, bunga Mawar potong saya menjadi produk unggulan di Nazla Flora, selain itu ada juga jenis bunga lainnya seperti Bunga Crysan dan bunga Anyelir,” ujarnya.
Demi mengangkat derajat petani bunga diwilayahnya, Agus memberikan binaan kepada 20 petani bunga seperti teknik menanam bunga dan penanganan penyakit pada bunga jika cuaca sedang tidak bagus. Kini dirinya bisa mendapatkan omzet mencapai Rp. 270 juta perbulan dan ia memiliki dua toko bunga di Bandung dan Cirebon.
Sejalan dengan Agus, yakni Martha Amella, wanita asal Minang memilih membuka usaha rendang sebagai usahanya. Memulai usaha sejak tahun 2016, dirinya mengaku terjun di bisnis kuliner ini didasarkan keisengan belaka. Berbekal modal awal Rp. 5 juta dan resep "Randang" yang ia dapatkan secara turun temurun dan dipelajarinya secara otodidak ini telah mengantarkan produknya hingga ke Luar Negeri.
Permintaan kerabat yang ingin dibekalkan rendang saat menunaikan ibadah umroh menjadikan dirinya berfikir untuk memproduksi dan menjual rendang buatannya kepada masyarakat luas. Bak durian runtuh, pesanan pun datang saat Martha berkumpul dengan teman-temannya dari Luar Negeri. Ia memutuskan membuat rendang kemasan dengan menggunakan vacuum serta proses masak yang lama sehingga rendangnya makin terasa nikmat dan bertahan lama. Model pemasarannya pun dilakukan Martha yang hanya melalui “obrolan kerabat” hingga mengikuti pameran kuliner dan kreatifitas.
Hampir empat tahun menjalankan usaha rendangnya, kini Martha sukses meraup omzet hingga Rp. 60 Juta setiap bulannya dan memiliki tiga pekerja. Peningkatan pesanan rendang kemasannya membuat Martha mengumpulkan para pengusaha rendang disekitarnya, Martha pun membuat kelompok usaha rendang saling membantu antar anggota kelompoknya, sebagai ketua kelompok Martha selalu menekankan kualitas serta standar mutu dan cita rasa agar selalu dapat memanjakan lidah para pelanggannya.
Pentingnya Akses Permodalan
Melihat potensi kedua pengusaha tersebut, PT Asuransi Kredit Indonesia atau Askrindo, melalui Program Kemitraan, membantu dan mendorong mereka agar terus meningkatkan serta mengembangkan usahanya. Tahun 2016, Askrindo memberikan modal awal masing masing Rp. 50 juta untuk Agus dan Martha agar dapat meningkatkan produksinya. Tidak hanya modal usaha yang diberikan Askrindo untuk mereka, namun pembinaan dan pelatihan serta motivasi pun juga diberikan.
Salah satu pelatihan yang diberikan yakni pelatihan Digital Marketing, agar para mitra mampu memasarkan usahanya lebih luas lagi secara Online. Bagi Agus dan Martha, dukungan serta pembinaan dari Askrindo sangat membantu kelompoknya untuk dapat pengembangan usahanya.
Direktur Kepatuhan dan SDM Askrindo, Firman Berahima mengatakan, masih banyak UMKM yang membutuhkan akses permodalan. "Melalui Program Kemitraan, Askrindo mendorong para UMKM untuk terus menjalankan usahanya, Askrindo juga turun langsung untuk memonitoring usaha mereka setiap 6 bulan, gunanya agar terus terpantau peningkatannya hingga mereka mampu menjadi nasabah yang Bankable," tutup Firman.